“Tiada berbeda apa yang ku rasakan
Tajam menusuk tak beralasan
Kita sudah dingin hati”
Tajam menusuk tak beralasan
Kita sudah dingin hati”
Siapa sih belum denger lagu itu? Pasti
udah pada denger kan? Kalau belum saya akan kasih petunjuk penyanyi yang
menyanyikan, adalah dua orang cewek cantik, berbakat dan banyak dikenal di industri
musii Indonesia. Yups! Mereka adalah Isyana dan Raisa. Nah, kalau udah disebut
nama mereka pasti yang terbesit di pikiran kalian adalah lagu yang keren abis
deh. Lagu yang mau saya bahas adalah “Anganku dan anganmu”.
Lagu yang baru rilis ini memiliki lirik
yang dalam banget, apalagi kutipan di atas tersebut. Kita sudah dingin hati
adalah kalimat yang cocok mewarnai kehidupan saat ini, gimana nggak? Coba lihat
sekeliling kalian, kalo ada orang nanya dikit kalian bilang ‘kepo’, kalo ada
yang merasa tersakiti karena ucapan atau perilaku kalian bilang orang itu
‘baper’ (bawa perasaan). Well, itu ga
manusiawi lho, coba deh balikkin posisi kalian yang dibilang begitu, ga enak
bukan? Nah, kalau kalian tahu itu ga enak, berarti hal yang kalian lakukan ke
oranglain berarti kalian sudah dingin hati, sedangkan orang yang kalian hina
itu merasakan sesuatu yang meusuk tajam.
Eits, masih ada lagi lho pesan lainnya
dari lagu ini, yuk kita telaah lagi lirik berikutnya.
“Dulu kita pernah saling memahami
Sekian merasa telah menyakiti
Kita telah lupa rasa”
Sekian merasa telah menyakiti
Kita telah lupa rasa”
Duh
liriknya agak susah dipahami ya, tapi coba baca berulang-ulang deh. ‘Dulu kita
pernah saling memahami’ kalo digambarkan dalam kehidupan sosial, dulu Bangsa
Indonesia tuh demokratis banget, nilai toleransi terhadap perbedaan itu tinggi banget, tapi
sekarang udah mulai luntur sayang banget kan youth? Coba deh lihat masa sekarang, ambil contoh nya di media
sosial banyak banget komen negatif yang kita tulis dengan tujuan mengejek,
menjelekkan bahkan menyudutkan pihak lain. ‘Sekian merasa telah menyakiti, kita
telah lupa rasa’ bisa dibilang dengan kata lain ‘udah terlalu lama dan sering
kita menjelekkan orang lain, sampai-sampai kita seolah mati rasa dan tidak
mengenal perasaan apapun’. Wah berarti kita sebagai manusia masa kini rata-rata
udah mati rasa dong (waduh termasuk saya dan youth semua ga nih? Hehe).
Yuk
langsung ke lirik selanjutnya
“Setiap katamu cerminan hatimu
Jadikan berarti
Jangan sia-siakan waktumu tuk membenci”
Jadikan berarti
Jangan sia-siakan waktumu tuk membenci”
Biasanya
kita mendengar banyak orang bilang ‘mulutmu harimaumu’, tapi di lagu ini
‘setiap katamu cerminan hatimu, jadikan berarti’, artinya ga jauh-jauh banget
sih tapi ada perbedaannya. Coba renungkan dan ingat kembali apa yang kalian
ucapkan ketika kalian sedih, marah, jatuh cinta, bosan, bahkan waktu senang.
Pasti beda-beda kan? Nah sekarang paham kan kutipan lirik tadi? Buat yang belum
paham, saya akan memberitahu, bahwa dalam keadaan hati bagaimanapun kita harus
bisa menjada omongan kita supaya tidak menyinggung perasaan oranglain.
Berikutnya ‘jangan sia-siakan waktumu tuk membenci’. Haters gonna hate, istilah yang kita kenal bahwa pembenci akan
selalu membenci, bagaimanapun perilaku kita di mata mereka, so youth jangan pernah ambil pusing sama
mereka karena membenci itu membuang tenaga. Selain itu membenci sama aja kita
membawa telur busuk kemanapun kita pergi.
“Satu jadikan tujuan kita
Hilangkan segala perdebatan yang sia-sia
Berlari ke arah yang sama bukan masalah
Semua punya ruang lukis yang kau mau
Karena ceritamu milikmu”
Hilangkan segala perdebatan yang sia-sia
Berlari ke arah yang sama bukan masalah
Semua punya ruang lukis yang kau mau
Karena ceritamu milikmu”
Lirik
ini memiliki pesan yang bagus, apalagi untuk nasionalisme Indonesia youth. Tujuan kita satu dan sama. Tujuan
Negara Indonesia bisa dilihat sendiri dalam Pembukaan UUD 1945 alinea keempat,
lalu kalau kita bersatu tanpa memikirkan perbedaan satu sama lain. Setiap
individu itu unik dan berbeda, jadi untuk mencapai tujuan Negara Indonesia kita
punya ruang sendiri dengan talenta kita masing-masing, dan akan menjadi cerita
kita sendiri.
Oleh:
Fraulein14 (Sudikse Inggrid)
Comments