Pada sekali waktu ada seorang anak
perempuan memiliki paras yang rupawan. Anak perempuan ini sangat beruntung
selain karena parasnya yang menawan, dia juga lahir di keluarga terhormat
sehingga sleuruh penduduk desa segan, dan mengagumi dirinya. Ayah dari anak
perempuan ini adalah seorang guru besar dalam bidang matematika yang
mengabdikan dirinya untuk pendidikan warga desa dengan mendirikan sebuah
sekolah sederhana. Dan ibunya adalah seorang arsitek lulusan kampus luar
negeri, jadi tak heran bila sang ibu mengambil andil dalam pembangunan desa.
Orangtua anak perempuan tersebut mengabdikan diri mereka di desa kecil karena
mereka lahir dan tumbuh dewasa di lingkungan desa tersebut, tapi tidak dengan
sang anak perempuan karena anak perempuan ini lahir di lingkungan desa yang
sudah berbeda. Desa yang dulu tidak mementingkan pendidikan, dipandang sebelah
mata oleh desa lainnya, bahkan oleh pelancong yang singgah kini menjadi desa
yang indah, ramah dan beretika. Tentu adalah hal yang menyenangkan jika seorang
anak perempuan lahir dengan lingkungan seperti itu, bahkan dapat dikatakan
bahwa dewi keberuntungan selalu berpihak padanya. Tak heran jika banyak pria
lajang dari seluruh penjuru desa hendak meminangnya, namun amat disayangkan
sang ayah takut bila niat lelaki tersebut semata-mata hanya karena mengejar
harta dan nama dari anak perempuannya. Oleh karena itu suatu hari ayah anak
perempuan itu mengadakan sayembara untuk setiap pria lajang yang ingin melamar
putrinya. Isi sayembara itu adalah barangsiapa diantara mereka yang berhasil
memiliki prestasi seperti dirinya dalam waktu empat tahun akan direstui menjadi
menantunya kelak. Setelah mendengar sayembara tersebut banyak diantara pria
lajang dari berbagai desa menjadi putus asa bahkan mundur untuk meminang sang pujaan
hati, hanya tersisa beberapa pria lajang yang tetap gigih bertahan, meski bisa
dikatakan hanya modal nekat atau untuk pamer kemampuan saja. Sayembara itupun
terdengar sampai ke ibukota, dimana banyak pria lajang berpendidikan dan
berasal dari keluarga terpandang yang ikut serta. Mengetahui banyak pria lajang
dari kota yang berpartisipasi sang ayah berharap bahwa kelak yang akan menjadi
menantunya adalah salah satu diantara mereka.
Roy adalah salah satu pria lajang dari
ibukota, namun dia bukanlah seseorang yang lahir dari keluarga terpandang,
melainkan dia hanyalah seorang anak laki-laki yang diadopsi dan dibesarkan oleh
pamannya sendiri. Jika bukan karena keluarga pamannya, Roy mungkin saat ini
akan menjadi gelandangan di ibukota tersebut. Pasalnya, setelah kedua orangtua
Roy bercerai, ayahnya tidak mau menafkahi dia, bahkan ayahnya sendiri sibuk
dengan kekasih-keasih barunya. Melihat tubuh Roy yang kurus dan berpakaian
lusuh, maka sang paman tergerak hatinya oleh rasa iba, dan menyelamatkan Roy
dari kesengsaraan tersebut. Paman Roy adalah salah satu warga desa yang
terbilang sukses di ibukota karena memiliki beberapa perusahaan yang bergerak
di bidang manufaktur. Saat ini Roy adalah pemimpin tertinggi di salah satu anak
perusahaan tersebut. Jabatan ini diperolehnya melalui kerja keras dan ketekunan
belajar semasa kuliah dulu. Roy tekun dalam mempelajari bisnis manufaktur
tersebut, sehingga pamannya tak segam untuk menyekolahkan Roy ke jenjang yang
lebih tingga hingga dia pantas untuk mendapat jabatan tersebut.
Keikutsertaan Roy dalam sayembara
tersebut adalah hasil dari bujukan sang paman, yang dulunya adalah warga desa
tersebut. Awalnya Roy dengan berat hati mengikuti bujukan tersebut, kemudian
pada Hari Minggu pagi-pagi sekali, Roy pergi menuju desa dan menempati tempat
tinggal yang telah disediakan. Tempat tinggal yang ia tempati bukanlah hotel,
atau penginapan yang mewah, melainkan ia tinggal di rumah pamannya yang di
desa. Tempat itu bahkan tidak layak untuk disebut sebagai rumah. Hal ini
dilakukan Roy karena ia ingin mengenal anak perempuan tersebut secara tidak
langsung sehingga ia dapat memutuskan apakah ia akan mengikuti bujukan pamannya
itu atau tidak. Keesokan harinya Roy memulai rencana yang sudah ia siapkan
untuk beradaptasi dengan warga desa supaya ia dapat mengamati anak perempuan,
pujaan hati seluruh pria lajang. Tempat pertama yang ia kunjungi adalah pasar,
dimana biasanya banyak gadis-gadis desa berbelanja untuk menyiapkan sarapan.
Namun sayang, karena rencana ini gagal karena anak perempuan ini tidak pergi ke
pasar atau bahkan memasak sarapan untuk keluarganya. Roy yang tidak kenal
menyerah pun kembali menyusun rencana berikutnya dimana tempat berikutnya
adalah salon. Salon adalah tempat para gadis-gadis desa berkumpul selain untuk
memanjakan diri, tapi juga untuk bercengkrama. Tak sia-sia perjuangan Roy kali
ini, karena dilihatnya anak perempuan itu sedang memanjakan diri di dalam
salon. Roy pikir pemandangan yang ia lihat adalah hal yang wajar bagi
gadis-gadis muda memanjakan diri di salon, tapi setelah ia memasuki salon
tersebut Roy harus kembali menarik kata-katanya karena anak perempuan tersebut
tidak memanjakan dirinya namun anak perempuan itu bekerja di salon. Kemudian
Roy memutuskan untuk memanjakan diri alih-alih untuk mengenal gadis pujaan hati
tersebut. Setelah mengenal sedikit demi sedikit mengenai anak perempuan tersebut,
Roy menyadari bahwa anak perempuan itu sangat menyentuh hatinya, selain karena
parasnya yang rupawan, tapi juga karena kerendahan hatinya yang rela bekerja paruh
waktu di salon demi mengejar cita-citanya dalam bidang fashion.
Setelah berkenalan dengan anak
perempuan itu, Roy pun mengambil inisiatif untuk mengenal anak perempuan itu
dengan bertukar pikiran dan mengobrol bersama. Roy tidak memberitahu anak perempuan
itu mengani dirinya yang sebenarnya ataupun mengenai dirinya yang mengikuti
sayembara. Anak perempuan itu hanya mengenal Roy sebagai seorang pedagang buah
di pasar, yang berasal dari keluarga miskin dan Roy adalah seorang yatim piatu.
Tapi di balik semua kebohongan yang Roy ceritakan, anak perempuan itu menemukan
sesuatu yang unik yang Roy miliki, karena ia berpikiran luas dan selalu bekerja
keras. Tak heran anak perempuan itu akhir-akhir ini menjadi sering ke pasar
untuk mengobrol sebentar dengan Roy, bahkan sebaliknya Roy rela menemui anak
perempuan itu di salon meski tidak untuk memanjakan dirinya.
Warga desa pada awalnya melihat hal itu
biasa, namun berubah menjadi sinis dan curiga kalau-kalau Roy menggunakan ilmu
hitam untuk merayu anak perempuan itu, hingga terdengarlah kabar burung itu ke
telinga sang ayah. Kemudian dibuatlah jadwal yang ketat untuk putri
kesayangannya itu serta pelayan-pelayan untuk menjagai putrinya. Sang ayah juga
mengirimkan seorang penjaga untuk menemani putrinya saat ia berada di luar
rumah. Hal ini dimaksudkan supaya putrinya melupakan Roy. Hingga pada suatu
waktu anak perempuan ini diam-diam pergi ke gubuk tempat Roy tinggal untuk
memberitahu Roy bahwa warga desa mengira Roy memiliki ilmu hitam untuk merayu
dirinya. Mendengar hal itu Roy hanya bisa tertawa, dan berkata, “Bagaimana bisa
desa yang sudah berpendidikan berpikiran seperti itu?”. “Begitulah
manusia, butuh waktu lama untuk berubah,
tapi butuh waktu sebentar untuk membenci,” tukas anak perempuan itu. Akhirnya Roy
meyakini anak perempuan itu bahwa ia akan baik-baik saja meskipun warga desa
memandangnya aneh. Dan Roy mengutarakan isi hatinya bahwa ia sangat ingin
melihat anak perempuan itu tiap hari, layaknya seorang pasien yang sedang sakit
dan membutuhkan obat. Anak perempuan itu merasa tersanjung dan juga cemas
mengenai keselamatan Roy, tp Roy terus meyakinkan dirinya bahwa semuanya akan
baik-baik saja.
Setelah kejadian itu, anak perempuan
itu selalu menghindari tempat dimana ia bertemu dengan Roy. Dan Roy menyadari
hal itu, tapi ia tidak menyerah karena ia sadar bahwa saat ini ia telah jatuh
terlalu dalam kepada anak perempuan itu. Kemudian Roy memutuskan untuk kembali
ke ibukota ke rumah dimana ia sebenarnya tinggal bersama dengan pamannya. Ia
pun menceritakan semua kepada sang paman, dan sang paman mendukung setiap
keputusan yang Roy ambil.
Empat tahun telah berlalu sejak
sayembara itu dikumandangkan. Sampai saat ini sang ayah belum mendengar
kesuksesan pria lajang yang hendak meminang putrinya. Suatu pagi datang sepucuk
surat untuk anak perempuan itu, dan surat itu adalah dari Roy. Dalam surat itu
Roy menceritakan mengenai dirinya yang sebenarnya, meski hal itu membua anak
perempuan itu terkejut dan hampir tidak percaya. Tapi untunglah, Roy tidak lupa
melampirkan Koran sebagai bukti bahwa dalam empat tahun terakhir ia telah
sukses sebagai pemimpin perusahaan pusat yang diwarisi oleh pamannya itu. Meski
hal itu tidak serupa dengan kesuksesan ayah anak perempuan itu. Kemudian dengan
bersuka cita, anak perempuan itu menyampaikan kabar gembira itu bahwa ia
menerima lamaran Roy. Setelah membaca surat ini, barulah sang ayah memahami
bahwa perasaan yang dimiliki Roy adalah tulus. Dan ibu anak perempuan itupun
turut bahagia mengetahui bahwa putrinya akan segera menikah.
Tak lama setelah itu, dilangsungkanlah
acara pernikahan Roy dan anak perempuan itu dengan meriah. Dan mereka berdua
hidup bahagia selamanya.
" Tell me Princess, now when did you last let your heart decide?"- Aladdin
* inspirasi: Jasmine dan Aladdin
* sumber gambar: google
* sumber gambar: google
Comments